Tuesday, June 14, 2005

Man oh maN......

Beberapa hari yang lalu sahabat saya Dara (bukan nama sebenarnya) menelpon dari kantornya –saat itu saya sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan- ia meminta saya untuk menemaninya ke suatu tempat –sebuah pantai tepatnya- dimana saya dan dia biasa pergi ketika ia perlu tempat untuk bisa berfikir jernih dalam mencari jalan keluar untuk masalah yang sedang dia hadapi. Tentu saja saya menyetujui ajakannya, karena kedengaran dari suaranya dia sedang dalam masalah besar. Akhirnya kami memutuskan untuk bertemu di rumah saya yang jaraknya tidak jauh dari kantor dia.
Ketika saya sampai di rumah, sahabat saya itu sedang tertidur di kamar, saya biarkan dia tidur pulas dan tidak membangunkannya. Karena saya sampai di rumah sudah terlalu malam akhirnya kami putuskan untuk tidak kemana-mana dan bertukar pikiran di kamar saya. Seperti yang sudah-sudah Dara bercerita tentang masalahnya dengan sang pacar Dino (bukan nama sebenarnya). Sebuah masalah yang dari dulu sudah ada dan selama ini pula Dara tetap mentolerir, malahan berkesan untuk tidak mengambil pusing karena sayangnya dia pada Dino. Dimana dia diperlakukan amat tidak menyenangkan oleh Dino. Katakanlah sahabat saya itu tidak bisa menjadi pacar yang baik bagi Dino –pada kenyataannya menurut saya dan beberapa teman Dara adalah seorang kekasih yang teramat sangat baik dan saya yakin tidak semua cewek bisa bersabar seperti dia- kenapa Dino tetap memacari Dara sampai hampir 3 tahun lebih ???. Dara selalu ada di sisi Dino setiap kali ia membutuhkannya, 24 jam dalam seminggu selama 365 hari. Bahkan ketika Dino sakit Dara dengan sabarnya merawat Dino (mungkin kedengarannya seperti cerita dalam sinetron saja).
Lalu beberapa pertanyaan mulai menari-nari di kepala saya; Apakah karena Dino seorang laki-laki kemudian dia bisa memanfaatkan keegoannya untuk bisa berbuat sesuka hati atau karena Dara dengan masa lalunya bisa membuat Dino meremehkan, melecehkan, mencaci maki Dara sesuka hati (who the hell he think he was ?? He even not the one who delivering her) . Padahal saya yakin masa lalu Dino tidak lebih baik dari Dara. Kalau memang Dino tidak bisa memacari Dara karena selalu dibayang-bayangi oleh masa lalunya, kenapa tidak dari awal saja Dino memutuskan Dara. Dara berani mempertaruhkan nyawanya atas permintaan Dino. DAMN (maaf),suatu tindakan yang belum tentu Dino berani melakukannya. Kalau saja Dino mau berkaca atau merenung seharusnya dia sadar bahwa pengorbanan Dara lebih dari apa yang pernah Dino berikan untuk Dara. Kejadian yang hampir sama terjadi pada teman saya bernama Lulu(samaran) yang suatu waktu pernah meminta tolong pada pacarnya untuk mengambilkan tasnya yang ada di dalam mobil (pada saat itu tangan Lulu kotor).And then what happened on the next day ???. Sang pacar mengungkit-ungkit kejadian itu dan bilang bahwa harga dirinya sebagai seorang cowok diremehkan hanya karena dimintai tolong untuk mengambil tas tersebut (suatu kebetulan bahwa kedua pacar teman saya tadi sama-sama anak tunggal).


Cerita saya selanjutnya mungkin agak menyimpang dari cerita saya di atas, tapi saya mencoba untuk menarik benang merah dan saya rasa ada kesamaan pada akhirnya.

Kalau kita sedang berada di pusat keramaian, adalah sebuah pemandangan biasa jika seorang cowok ganteng menggandeng cewek yang cantik atau cowok kaya jalan dengan pacarnya yang juga dari golongan yang sama. Entah memang sudah hukum alam atau apa tetapi orang yang ganteng pasti mendapatkan pasangan yang cantik atau orang yang berasal dari keluarga kaya sepertinya sudah ditakdirkan mempunyai pacar yang juga berasal dari golongan yang sama. Tapi ketika kita melihat cowok yang punya tampang biasa saja menggandeng seorang cewek cantik pasti terlintas dalam pikiran kita, wah kok tuh cewek mau sih pacaran sama cowok biasa gitu, begitu juga sebaliknya.
Hal ini pula yang terjadi pada salah satu teman saya -sudah lama saya tidak bertemu dengan dia mungkin lebih dari 8 tahun- pada masa-masa saya masih kuliah dahulu. Universitas tempat saya kuliah adalah sebuah universitas bergengsi di Jakarta yang mahasiswanya kebanyakan berasal dari keluarga berada(alhamdulillah orangtua saya yang ekonominya biasa-biasa saja bisa menyekolahkan saya di sana), jadi jangan heran kalau pemandangan sehari-hari di kampus itu mobil-mobil terbaru berkeliaran di lapangan parkir. Oke sebelum saya mulai melantur saya balik lagi ke cerita awal.
Pada tahun pertama kuliah saya mempunyai seorang teman cowok yang bernama Kunto. Kunto berwajah rata-rata dan berperawakan kurus dengan rambut sedikit berombak serta “maaf” giginya agak-agak tidak rapi, kalau berpakaian selalu dengan kaos serta celana jeans yang lumayan kebesaran untuk ukuran dia. Kunto adalah pribadi yang sangat menyenangkan, dia rame, suka melucu, baik, serta suka menolong teman. Berada di dekat dia membuat kita selalu ingin tertawa atau paling tidak tersenyum karena dia punya sejuta cerita lucu. Pada suatu waktu dia memperlihatkan saya foto pacarnya, dan saya lumayan terkejut ketika saya melihat pacarnya cantik. Bahkan terlintas di otak saya kok Kunto bisa mendapatkan cewe secantik itu yah ??. Sampai suatu ketika Kunto bercerita kalau dia sudah putus dengan pacarnya itu dan bermaksud mencari cewek lagi, tapi dia ragu apakah bisa mendapatkan pacar seperti mantannya yang dahulu. Kemudian saya berkata pada dia, “Eh Kun sejelek apapun cowok pasti bisa mendapatkan cewek paling cantik”, Kunto balik bertanya pada saya, “Masa ?” dan saya menjawab “Yup”. Kenapa saya bisa berkata seperti itu karena pada kenyataannya, seorang Kunto bisa mempunyai pacar yang cantik. Pada kenyataannya memang cowok sejelek apapun bisa mendapatkan cewek yang paling cantik, tapi sebaliknya belum tentu cewek yang jelek bisa mendapatkan cowok paling ganteng. Bahkan dalam cerita kartun pun si buruk rupa bisa membuat si cantik jatuh cinta “Beauty and The Beast”.

Setelah melihat apa yang terjadi pada Dara dan Lulu, saya menyimpulkan bahwa terkadang ego seorang cowok bisa membutakan mata hati dan mengalahkan semua pengorbanan sang pacar untuk dirinya. Bahkan rasa CINTA (saling memberi dan menerima) bisa dikalahkan oleh sang ego. Saya yakin tidak semua cowok seperti Dino atau pacarnya Lulu, mungkin tipikal cowok seperti mereka menurut penilaian saya ada dengan perbandingan 1:100 atau lebih (saya tidak bisa memberikan data yang lebih akurat karena memang saya tidak pernah melakukan penelitian).
Entah mengapa sepertinya cowok selalu berada di posisi yang menguntungkan termasuk dalam urusan percintaan. Pendapat saya ini tidak mengeneralisir bahwa cowok selalu berada pada sisi yang menguntungkan, saya tahu bahwa ada saat-saat tertentu seorang cowok berada di sisi yang tidak menguntungkan. Tapi pada kesempatan ini saya lebih tertarik untuk menulis sisi untungnya, karena mungkin saya banyak melihat keuntungan dibanding kerugian.
Kalau dihubungkan lagi dengan cerita Kunto maka persamaannya adalah dalam kondisi dan situasi apapun seorang laki-laki, dia tetap bisa berkuasa atas perempuan. He wants everything based on his mind and passion, without thinking of others feeling. Itulah sebabnya ada kalimat “Laki-laki itu berpikir dengan LOGIKA sedangkan perempuan berpikir dengan menggunakan PERASAAN dan HATI”. Karena logika tidak mementingkan unsur akibat (apakah akan ada yang sakit hati atau menderita), sebaliknya berpikir dengan menggunakan hati lebih mendahulukan akibat (banyak unsur tidak tegaanya). Tapi jangan salah dibalik itu semua perempuan punya kekuatan lebih kok dibandingkan pria, masih ingat syair lagu “ Wanita dijajah pria sejak dulu.... namun ada kala pria tak berdaya . . . .disudut kerling wanita”. Now you can see that a man can be conquered.

NB : Saya minta maaf jika ada pihak2 yang merasa dirugikan dengan tulisan saya, tidak ada maksud untuk menyinggung ataupun menyindir apalagi menyudutkan “PRIA”. Tulisan ini saya buat semata-mata untuk mengeluarkan isi otak saya dan membaginya dengan orang lain.